Kamis, 15 Oktober 2015
Rabu, 14 Oktober 2015
Minggu, 20 September 2015
Penerapan Integrated Farming System
Integrated Farming System atau sistem pertanian
terpadu merupakan penggabungan semua komponen pertanian, yang meliputi
pertanian, peternakan dan perikanan dalam suatu sistem usaha pertanian yang
terpadu. Sistem ini mengedepankan ekonomi yang berbasis teknologi ramah
lingkungan dan optimalisasi semua sumber energi yang dihasilkan. Kelebihan dari
sistem pertanian terpadu antara lain, efisiensi energi, meningkatkan
efektivitas lahan, modal terus berputar dan ramah lingkungan.
Konsep terapan sistem pertanian terpadu akan menghasilkan F4, yang terdiri
dari Food, Feed, Fuel dan Fertilizer. Food merupakan
sumber pangan bagi manusia yang bisa dihasilkan dari bidang pertanian,
peternakan dan perikanan. Feed meliputi
pakan ternak dan pakan ikan yang berasal dari limbah bidang pertanian. Fuel merupakan sumber energi yang dapat
dihasilkan oleh bidang pertanian maupun peternakan, seperti biogas dan baru
bara dari sekam. Fertilizer merupakan
pupuk untuk bidang pertanian yang dihasilkan dari bidang pertanian itu sendiri
maupun dari bidang peternakan.
Sistem pertanian terpadu sudah diterapkan di Indonesia, salah satunya
adalah MT Farm. MT Farm (Mitra Tani Farm) didirikan oleh Afnaan beserta 3
temannya bertempat di desa Tegal Waru, Ciampea, Bogor. Beliau merintis usaha
peternakan domba dan kambing sejak masih kuliah di fakultas peternakan IPB.
Berawal dari peternakan domba dan kambing, saat ini MT Farm berkembang ke
peternakan sapi, pertanian dan perikanan. Ketiga bidang ini berkaitan satu sama
lain.
MT Farm ini merupakan tempat kunjungan studi bagi peserta Indonesia Bangun
Desa angkatan ke-2 pada bulan Juli 2014. Afnaan banyak memberikan motivasi
dalam usaha budidaya peternakan kepada peserta.
Salah satu manfaat dari mempelajari sistem pertanian terpadu adalah bisa
mengetahui keuntungan yang diperoleh dan hubungan saling ketergantungan antara
pertanian, peternakan dan perikanan. Keuntungan yang diperoleh dari peternakan
adalah kotoran hewan ternak dapat digunakan untuk pupuk kandang bagi tanaman.
Sama dengan peternakan, pertanian pun sangat bermanfaat bagi dunia peternakan.
Salah satu faktor yang harus terpenuhi dalam peternakan adalah kebutuhan akan
pakan ternak Dari pertanian akan dihasilkan bahan-bahan yang dapat diolah
menjadi pakan ternak. Banyak hewan ternak yang pemenuhan pakannya sangat
bergantung pada pertanian, termasuk sapi dan kambing dimana makanan utamanya
adalah rumput. Sedangkan, limbah hasil pertanian seperti sayuran reject digunakan
untuk pakan ikan.
Annisa Ajeng Maharani
13/345952/PN/13135
Golongan A5
Sumber:
http://www.indonesiabangundesa.org/artikel/penerapan-integrated-farming-system
Sabtu, 19 September 2015
Biotek Techno Park Berbasis Peternakan dan Pertanian Terpadu Mulai Digarap di Banyumulek Lombok, Nusa Tenggara Barat
Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Iskandar Zulkarnain, melakukan inseminasi buatan pada saat kunjungan ke kawasan Techno Park Banyumulek
Banyumulek, 24 April 2015. Satu Techno Park akan segera hadir di Banyumulek Nusa Tenggara Barat (NTB). Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Iskandar Zulkarnain,
mengatakan Techno Park Banyumulek merupakan satu dari 7 Techno Park
yang akan dibangun oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam 3
tahun kedepan pada pembukaan Focus Group Discussion (FGD) Pembangunan
Techno Park Banyumulek di Lombok, NTB. Techno Park digunakan sebagai
tempat berinteraksi antara masyarakat yang membutuhkan teknologi dengan
pakar teknologinya. Pada kesempatan yang sama Kepala Pusat Penelitian
Bioteknologi, Bambang Sunarko, menyampaikan bahwa LIPI
akan menggelar teknologi yang siap diaplikasikan kepada masyarakat
sehingga masyarakat dapat menerima manfaat dari hasil penelitian LIPI.
“Techno Park ini didedikasikan sebagai arena tempat pelatihan dan
pendidikan teknologi peternakan dan pertanian terpadu dengan
memanfaatkan sumberdaya lokal” ujar Bambang. Bambang juga menyampaikan
harapannya bahwa Techno Park Banyumulek dapat menimbulkan efek
multiplier dalam memajukan ekonomi masyarakat di daerah.
Pembangunan
Techno Park berbasis peternakan dan pertanian terpadu sangat sejalan
dengan program pemerintahan daerah, karena sebelumnya NTB sudah
dicanangkan sebagai daerah sejuta sapi. Asisten II Sekretariat Daerah
Provinsi NTB, L Gita Aryadi, pada kesempatan yang sama
menyampaikan bahwa kawasan Banyumulek sudah ditetapkan sebagai kawasan
agroeduwisata. “Dukungan LIPI sangat dibutuhkan untuk mewujudkan kawasan
agrowisata tersebut”. Hal senada juga disampaikan oleh Gubernur
Provinsi NTB, TGH Zainul Majdi ketika menerima
kunjungan Kepala LIPI di ruangan kerjanya. Pemda akan menyiapkan lahan
seluas 4 hektar untuk pengembangan Techno Park Banyumulek.
Untuk
merealisasikan Techno Park Banyumulek LIPI menyiapkan anggaran 5 milyar
untuk tahun 2015. Dalam pengembangan Techno Park Banyumulek, LIPI
mengajak Universitas Mataram, Pemerintah Daerah Lombok Barat dan Badan
Usaha Milik Daerah untuk secara bersama-sama mengembangkan dan memajukan
Techno Park Banyumulek. Pada acara FGD Pembangunan Techno Park
Banyumulek, juga dilakukan penandatanganan Perjanjian Kerjasama tentang
pengembangan dan penerapan inovasi teknologi peternakan dan pertanian
terpadu berbasis pemanfaatan sustainable bioresources. “Yang perlu
diantisipasi adalah kelembagaan dari Techno Park itu sendiri, untuk
menghindari perselisihan dibelakang hari”, ujar Deputi Bidang Ilmu
Pengetahuan Hayati LIPI, Enny Soedarmonowati. Oleh
karena itu keterlibatan Badan Usaha Milik Daerah sangat diharapkan.
Selanjutnya, komitment Pemerintahan Daerah sangat diperlukan untuk
menjamin keberlanjutan dari Techno Park pasca 3 tahun pengembangan.
(SR).
Sumber : http://www.biotek.lipi.go.id/index.php/publication/berita/biotek/1446-techno-park-berbasis-peternakan-dan-pertanian-terpadu-mulai-digarap-di-banyumulek-lombok-nusa-tenggara-barat
Atikah Nur Farida
13/345948/PN/13133
A5
Panen Raya Padi Go Organic Subak Mambal
MENGANTISIPASI masalah penurunan kesuburan dan kekurangan air yang dialami petani, kini telah dikembangkan system of rice intensification (SRI). Sistem ini merupakan teknik budi daya yang intensif dan efisien dengan manajemen sistem perakaran yang berbasis pengelolaan tanah, tanaman, dan air yang seimbang. Subak Mambal Pasedahan Yeh Lauh dengan kelompok Tani Organik Subak Mambal, merupakan salah satu subak yang menerapkan sistem ini dengan memanfaatkan sumber daya lokal seperti kencing sapi, limbah biogas, kotoran sapi, sampah yang diolah menjadi bio urin, mikro organisme lokal, serta pestisida organik.
Kelompok ini dibekali dengan sekolah lapang pertanian organik sistem pertanian SRI. Tujuannya petani dan keluarganya mendapatkan pembelajaran cara bertani dengan sistem organik yang didampingi secara intensif. Hal ini tak lepas dari CSR PT Tirta Investama Mambal (Aqua) yang melakukan pembinaan dengan program Integrated Farming System (IFS) dengan Yayasan Bali Organic Association (BOA) sebagai pengelola program dan berkolaborasi dengan Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Badung.
Hasil panen dari kelompok tani ini sudah dapat dinikmati setelah dilaksanakannya panen raya padi go organic subak Mambal, Sabtu (10/11) lalu. Hadir dalam kesempatan tersebut Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Badung I G.A.K. Sudaratmaja, pimpinan PT Tirta Investama Mambal dr. Yusuf Soenardi, perwakilan BOA Dr. Ir. Luh Kartini, anggota DPRD Bali dari Mambal Ida Bagus Pada Kusuma, dan petani Subak Mambal.
''Panen raya padi organik ini menunjukkan petani di subak Mambal mampu berproduksi dengan menggunakan sumber daya lokal. Kami juga mendorong terciptanya hubungan sinergis antara produsen organik dan konsumen organik. Selain itu, kami bisa mengetahui keperluan organik dan produksi organik yang ada di wilayah setempat,'' ujar dr. Yusuf Soenardi.
Ke depan, ia berharap terbangun pengetahuan dan pemahaman tentang pertanian organik dan perdagangan yang berkeadilan, tergalinya masukan mengenai potensi dan masalah pertanian organik, serta terumusnya masukan dan gagasan dalam pengembangan pertanian organik. Acara panen raya juga dirangkaikan dengan pasar organik yang digelar di Balai Subak Mambal dan temu lapang organik.
SRI pertama kali dikembangkan di Madagaskar tahun 1980-an dan penyebarannya meluas ke negara lain sejak 1990-an berkat usaha Prof. Norman Uphoff, mantan Direktur Cornell International Institute fot Food Agriculture and Development. SRI masuk ke Indonesia tahun 1991 untuk diuji coba. Sampai tahun 2007, sudah 38 negara yang menguji. Hasil produksinya berkisar 4,8 ton/ha sampai 12,4 ton/ha.
Kelompok ini dibekali dengan sekolah lapang pertanian organik sistem pertanian SRI. Tujuannya petani dan keluarganya mendapatkan pembelajaran cara bertani dengan sistem organik yang didampingi secara intensif. Hal ini tak lepas dari CSR PT Tirta Investama Mambal (Aqua) yang melakukan pembinaan dengan program Integrated Farming System (IFS) dengan Yayasan Bali Organic Association (BOA) sebagai pengelola program dan berkolaborasi dengan Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Badung.
Hasil panen dari kelompok tani ini sudah dapat dinikmati setelah dilaksanakannya panen raya padi go organic subak Mambal, Sabtu (10/11) lalu. Hadir dalam kesempatan tersebut Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Badung I G.A.K. Sudaratmaja, pimpinan PT Tirta Investama Mambal dr. Yusuf Soenardi, perwakilan BOA Dr. Ir. Luh Kartini, anggota DPRD Bali dari Mambal Ida Bagus Pada Kusuma, dan petani Subak Mambal.
''Panen raya padi organik ini menunjukkan petani di subak Mambal mampu berproduksi dengan menggunakan sumber daya lokal. Kami juga mendorong terciptanya hubungan sinergis antara produsen organik dan konsumen organik. Selain itu, kami bisa mengetahui keperluan organik dan produksi organik yang ada di wilayah setempat,'' ujar dr. Yusuf Soenardi.
Ke depan, ia berharap terbangun pengetahuan dan pemahaman tentang pertanian organik dan perdagangan yang berkeadilan, tergalinya masukan mengenai potensi dan masalah pertanian organik, serta terumusnya masukan dan gagasan dalam pengembangan pertanian organik. Acara panen raya juga dirangkaikan dengan pasar organik yang digelar di Balai Subak Mambal dan temu lapang organik.
SRI pertama kali dikembangkan di Madagaskar tahun 1980-an dan penyebarannya meluas ke negara lain sejak 1990-an berkat usaha Prof. Norman Uphoff, mantan Direktur Cornell International Institute fot Food Agriculture and Development. SRI masuk ke Indonesia tahun 1991 untuk diuji coba. Sampai tahun 2007, sudah 38 negara yang menguji. Hasil produksinya berkisar 4,8 ton/ha sampai 12,4 ton/ha.
sumber: http://www.balipost.co.id/mediadetail.php?module=detailberita&kid=10&id=71495
Matius Masada Hutagaol
13/345945/PN/13132
Golongan A5
Kelompok 5
Integrated Farming, Panen Padi Di Pakuncen Naik Dua Kalilipat
BANYUMAS- Integrated farming system hasil kerjasama antara Perhutani, Pemprov Jateng, dan Universitas Gadjah Mada (UGM), membuahkan hasil.
Kamis (5/3/2015) Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo melakukan panen bersama di Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas.
Soniah seorang petani di Pekuncen ini mengaku senang memang baru pertama kali memanen hasil integrated farming. Hasilnya pun sangat menggembirakan. Dari 0,4 hektar lahan yang digarapnya, bisa menghasilkan sekitar 2,5 ton padi.
"Itu (hasil 2,5 ton) perkiraannya. Kalau melihat tanamannya, garapan saya minimal menghasilkan 2 ton gabah. Dua kalilipat dibanding panen sebelumnya," kata dia di sela acara panen.
Sedangkan Ketua Kelompok Tani Desa Pekuncen di Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Banyumas Timur, Rodewi mengucapkan terimakasihnya kepada semua pihak. Sejak mulai menanam padi jenis Inpago 5, tim dari Perhutani, UGM dan Pemprov Jateng selalu memberikan pendampingan.
Selain itu, petani di KPH Banyumas Timur juga mendapat subsidi berupa pupuk yang diberikan gratis. Demikian juga dengan bibit padi dan jagung.
Dari luas lahan 44 hektar milik Perhutani, kata Rodewi, lima hektar ditanami jahe. "Hasilnya juga bagus. Sama seperti padi," kata dia di hadapan gubernur.
Setelah pertanian, warga Pekuncen berharap agar mendapat bantuan hewan ternak berupa kambing. Di Pekuncen, sambung Rodewi, ada dua kelompok tani. Oleh karena itu, jika ada bantuan, kedua kelompok tani harus mendapat bantuan sama besar. "Syukur-syukur diparingi sapi, Pak Gub," kata dia disambut tawa warga yang ikut panen raya. (*)
sumber: http://jateng.tribunnews.com/2015/03/05/integrated-farming-panen-padi-di-pakuncen-naik-dua-kalilipat
Annisa Tristiana Putri
13/345949/PN/13134
Golongan A5
Kelompok 5